Sabtu, 20 April 2013

CLEOPATRA RATU SEKS DARI MESIR





Tulisan ini terinspirasi setelah saya membaca buku sang “post-mo” Michael-Foucault “Seks dan Sejarah” serta menonton film “Cleopatra” di salah satu TV swasta beberapa waktu lalu. Wanita dalam sejarah, apalagi “wanita istana” sering membuat sejarah berubah dari “alur resmi” atau “alur yang harus semestinya”, setidaknya demikian kata Havelock Ellis, “Darwinnya” Ilmu sejarah asmara. Mengikuti sejarah asmara tokoh-tokoh terkenal sepanjang zaman, membuat kita bisa memahami mengapa ada beberapa kalangan sejarawan menempatkan seks sebagai salah satu faktor pemicu perubahan sejarah. Dalam setiap abad, diberbagai tempat dan dalam berbagai strata sosial, kisah-kisah petualangan orang besar tidak bisa dilepaskan dari “peran” wanita (baca: asmara). Sejarah Peradaban Islam juga demikian. Bacalah secara objektif, sejarah para Sultan pasca Khulafaurrasyidin, wanita menjadi “cerita menarik sekaligus memiriskan”. Harem, sebuah “konsep sensualitas-erotik” kerajaan Turki Utsmany, menjadi catatan sejarah bagaimana wanita menjadi bahagian penting dalam kehidupan para Sultan. Cerita 1001 malam Dinasti Abbasiyah, Selat Bhosporus yang menjadi kuburan ratusan para selir Sultan, hingga jumlah istri dan selir para Sultan “ummat Islam” mutakhir. Konon, Sultan Kuwait, Sultan Sabah al-Nahayan memiliki ratusan selir, dan seterusnya, dan seterusnya. Intinya, intrik politik, dalam peradaban ummat manusia ini, mulai dari “zaman batu” hingga zaman “Maria Eva”, kehadiran wanita menjadi salah satu penentu jalannya gerak sejarah, termasuk wanita fenomenal yang hingga hari ini tetap melegenda : CLEOPATRA.


Cleopatra (sekitar 69 SM.), adalah Ratu Mesir yang dikenal molek dan termasuk pelopor penggunaan kosmetika. Selain cantik (namun ada catatan arkeologis yang menggambarkan bahwa Cleopatra tidak bisa dibilang cantik karena hidungnya melengkung dan bermulut lebar), Cleopatra juga cerdas. Konon, wanita bangsawan keturunan Yunani-Macedonia ini menguasai bermacam-macam bahasa. Tutur katanya mempesona, dan Cleopatra “suhu” dalam bidang asmara. Ia sangat menggairahkan dan sangat pandai mengkondisikan suasana romantik-erotik. Tak heran, bila Markus Antonius, utusan pemerintah Roma (baca: Romawi), tergila-gila dengan Cleopatra. Sering ia menyajikan tarian-tarian erotik pada tamunya, dan bahkan (bila dilihat dari film Cleopatra), si cantik ini acapkali menyelingi percakapannya dengan lelucon seks. Seorang tamu dari Roma mendapat suguhan tarian dewa laut Glaucus, penari tampil tanpa busana (dalam film tidak begitu menonjol, mungkin sudah disensor), seluruh tubuh dicat dengan warna biru, berguling-guling di lantai. Bahwa Cleopatra gila seks, tak ada yang memungkiri dan sudah bukan rahasia lagi. Kalau tidak salah, Cleopatra pernah dijuluki oleh salah seorang sejarawan Yunani sebagai “Meriochane” – kira-kira artinya “perempuan yang sanggup menelan 10.000 laki-laki”. Wow. Bahkan, bisik-bisik para tetamu ketika Cleopatra menjamu mereka di istananya, terungkap bahwa Cleopatra pernah secara khusus melayani “belasan” bangsawan Romawi hanya dalam beberapa malam. Musuh terbesar Cleopatra adalah Raja Herodes dari Israel. Ia satu-satunya raja pada masa ini yang menjuluki Cleopatra sebagai wanita jalang. Konon, Cleopatra pernah merayunya, tapi gagal.

Dalam sejarah Mesir, tercatat perkawinan Cleopatra yang pertama dengan saudara kandungnya sendiri, Ptolomeus XIII, demi menjaga kemurnian darah kerajaan. Hal ini biasa terjadi pada masa kerajaan-kerajaan dunia kuno-klasik (khususnya di dunia barat dan tengah). Setelah Ptolomeus XIII meninggal, Cleopatra kembali kawin dengan adik laki-lakinya yang berusia 12 tahun, Ptolomeus XIV. Namun perkawinan ini tidak diwarnai dengan hubungan seks, hanya untuk meraih kedudukan sebagai Ratu Mesir. Konon (sekali lagi konon), Cleopatra termasuk wanita yang “dini” mengenal seks, umur 12 tahun. Ketika ia berumur 21 tahun, Cleopatra melakukan hubungan asmara dengan Julius Caesar, diktator Romawi yang berusia 52 tahun. Julius Caesar tak mungkin memperistri Cleopatra karena ia telah memiliki istri resmi di Roma. Cleopatra “disimpannya” di Mesir. Caesar sangat mengagumi Cleopatra, untuk tidak menyebutnya tergila-gila. Ia membuat patung Cleopatra di sebuah kuil, menempati sebuah sudut untuk memuja Venus – Dewi Kecantikan. Tindakan ini akhirnya menimbulkan amarah masyarakat Roma. Dengan alasan belum mendapatkan anak laki-laki dari istrinya, Caesar menarik Cleopatra ke Roma. Tentu kehadiran Cleopatra ditentang masyarakat Roma bahkan para penjaga istana menyanyikan lagu ejekan buat Cleopatra :”perempuan jalan” dan sebagainya.

Setelah Caesar terbunuh, Cleopatra kembali ke Mesir. Cleopatra yang cerdas menyusun siasat untuk mengambil hati pemimpin Roma yang baru, Markus Antonius. Dengan sebuah kapal istimewa, Cleopatra pergi ke Tarsus, mengundang Markus Antonius. Ia mengenakan pakaian a-la Dewi Venus, membawa perhiasan perak-emas di kapalnya. Musik tiup yang merdu mengiringi kedatangan wanita sensual ini. Sesampai di Roma, ia turun dengan dikawal pengawal yang memakai pakaian Dewa Asmara. Di Tarsus ini, Cleopatra mengadakan pesta berhari-hari, membagi-bagikan hadiah untuk para prajurit Markus Antonius. Dimana Cleopatra ? ia “berasyikmasyuk” dengan Markus di dalam tenda khusus. Ketika Markus Antonius kembali ke Roma, Cleopatra balik ke Mesir. Cleopatra mengandung bayi kembar Markus Antonius. Beberapa tahun kemudian, Markus bercerai dengan istrinya, Oktavia. Cleopatra kemudian disusulnya ke Mesir. Sebelum Markus ke Mesir, beliau terlibat konflik dengan kemenakannya Octavian (saudara kembar istrinya : Octavia). Kedatangan Markus ke Mesir, disamping tentunya menemui Cleopatra, juga melarikan diri dari serbuan kemenakannya yang telah berhasil merebut singgasana Roma pasca kematian Octavia. Ketika kabar Markus lari ke Mesir, pasukan Octavian menyerang Mesir dan menaklukkannya. Ketika tentara Octavian menduduki Mesir, Cleopatra bersembunyi dalam mussoleumnya yang dikawal oleh tiga orang prajurit. Markus mendengar bahwa Cleopatra meninggal bunuh diri. Karena kehilangan “energi hidup”, akhirnya Markus berusaha pula bunuh diri. Ketika maut belum menjemput Markus, tersiar kabar bahwa Cleopatra masih hidup. Tergopoh-gopoh Markus Antonius dibawa ke Mussoleum persembunyian Cleopatra. Akhirnya, dalam pangkuan Cleopatra, Markus Antonius meninggal. Cleopatra tertangkap. Upayanya untuk merayu Octavian tidak berhasil. Karena menganggap bunuh diri jauh lebih terhormat daripada menanggung malu, akhirnya Cleopatra menikam perutnya dengan pedang. Cleopatra menyusul Markus Antonius.


0 komentar:

Posting Komentar